Sepucuk Surat Dalam Doa

Eunike Makaruku
2 min readSep 19, 2022

--

Aku tuliskan sepucuk surat bersayap jemari,

berisi seberkas renjana untuk dayita yang kama dalam kalbu;

Kegelisahanku sepai dalam kalbu yang hampir menjadi debu.

Asa berucap, melihat pun tak sanggup.

Sebab lidah menjadi kaku

oleh sepasang aksa yang lewat dan singgah pada atma.

Perlaham-lahan aku berbalik tanpa melirik.

Berjalan dalam akara halai-balai sambil menuliskan citta, menyampaikan cinta.

Aku yang adalah candala,

mencintai kau yang adalah anindita,

seperti mimpi ‘tak sampai,

sebab calak parasmu dalam lamunanku yang hampir nyata.

Oh asmaraloka!

Gundah gulana aku memikirkan cinta serumit ini.

Recaka dipenghujung nadi, mengoyakkan hati,

merundung pikiran tiada henti.

Apakah kita punya cinta yang sama?

Apakah kita berada pada satu perangko yang sama?

Apakah kita berada dalam satu perahu yang sama?

Apakah kita berada dalam satu ukupan jemari yang sama pula?

Aku hanya bisa menuliskan cinta padamu,

dan mengirimkannya dalam dekapan jemari,

sambil berucap mantra pada Sang Semesta,

yang adalah kuasa atas kau dan aku.

Biarlah hatiku sampai pada dinding telingamu

dan bersandar pada mata jiwamu

sambil dirasakan pada hati batinmu.

Berharap kita sama-sama menengadah,

sambil ucapkan doa cinta yang ‘tak kita ketahui satu dengan yang lain.

Lalu, kita berjumpa pada satu cinta yang sama dalam dekapan Semesta.

Aku sebut sepucuk surat dalam doa

mempertemukan dua pribadi dalam satu cinta.

Cinta sani yang recaka pada mulanya.

By: Jejak Langkah_Tapak Kaki

28/11/2021

Tapak Kaki-

--

--

No responses yet